Dari Kunjungan ke Perjuangan Pembebasan Masjidil Aqsha
- institutalaqsa2016
- 30 Mei
- 4 menit membaca

Oleh: Faris Irfanuddin
Ada kesamaan antara kondisi pada masa dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam dengan kondisi umat hari ini, yaitu sama-sama Baitul Maqdis sedang dalam keadaan dijajah. Pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam Baitul Maqdis dijajah Romawi, sedangkan hari ini dijajah Zionis. Kesamaan lainnya, semua bergerak untuk membebaskannya. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam memulai gerakan pembebasannya dengan gerakan keilmuan, yakni gerakan narasi sebelum gerakan pasukan.
Gerakan keilmuan yang beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam ikhtiarkan bersama para sahabat, di antaranya dimulai dari menyambungkan keterhubungan silsilah “sanad” risalah dakwah beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam dengan para nabi sebelum beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam yang menjadikan Baitul Maqdis dan Makkah terhubung dan tak terpisahkan. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam berkiblat ke Baitul Maqdis selama 10 tahun 17 bulan, serta selalu menempatkan Ka’bah di tengah antara beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam dengan Baitul Maqdis selama salat di Makkah merupakan bukti konkret dari gerakan keilmuan yang beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam bangun bersama para sahabat.
Sama dengan hari ini, ikhtiar keilmuan yang sedang diperjuangkan, di antaranya adalah usaha menyambungkan dan tak memisahkan antara Ka’bah di Makkah dan Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis. Sebab keduanya merupakan warisan dakwah dan peradaban dari Nabi Ibrahim ‘Alayhissalam yang dilanjutkan perjuangannya oleh anak keturunan beliau ‘Alayhissalam; di Makkah oleh putra beliau Nabi Ismail ‘Alayhimussalam berikut keturunan serta umatnya, dan di Baitul Maqdis oleh putra beliau Nabi Ishaq ‘Alayhissalam berikut keturunan serta umatnya.
Kesamaan lain, gerakan keilmuan ini mengantarkan pada gerakan diskusi, yakni Ka’bah, Nabawi, dan Masjidil Aqsha menjadi topik diskusi para sahabat. Diskusinya seputar mana yang lebih utama dari ketiga masjid tersebut, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam menengahi bahwa yang paling utama Ka’bah, lalu Nabawi, dan Masjidil Aqsha di urutan ketiga. Beragam diskusi terjadi antara para sahabat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam. Ada yang meminta fatwa tentang Baitul Maqdis, ada yang bernazar akan ke Baitul Maqdis jika diberikan kesembuhan, dan ada yang mengutarakan keinginannya untuk salat di Baitul Maqdis. Baitul Maqdis, pada masa-masa persiapan pembebasan pertama, menjadi topik yang selalu diperbincangkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam dan para sahabat.
Hari-hari ini sejarah sedang berulang. Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis kembali menjadi topik yang selalu diperbincangkan di berbagai platform baik daring (online) maupun luring (offline). Tidak sedikit yang tergerak hatinya ingin berangkat ke Masjidil Aqsha. Diskusi dan perasaan kaum Muslimin hari ini sama seperti diskusi-diskusi para sahabat, sama seperti perasaan Al-Arqam bin Abil Arqam, Maimunah binti Sa’ad, serta sahabat dan sahabiyat lain yang sangat ingin salat di Baitul Maqdis.
Ada yang naik level dari diskusi para sahabat. Sebelumnya, berpusat pada ranah Fadhail Baitul Maqdis (Keutamaan Baitul Maqdis), seperti keutamaan salat dan lainnya yang mendorong para sahabat ingin berangkat salat ke Masjidil Aqsha. Namun, hadis sahih dari ‘Auf bin Malik di Perang Tabuk saat melawan pasukan Romawi penjajah Baitul Maqdis mengindikasikan peningkatan dari narasi kunjungan ke narasi pembebasan Baitul Maqdis. “Hitung enam hal sebelum terjadinya hari kiamat; kematianku, kemudian pembebasan Baitul Maqdis...” tutur beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam kepada sahabat ‘Auf bin Malik sebagaimana diriwayatkan dalam Sahih Al-Bukhari. Puncaknya adalah wasiat memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid, yang menurut catatan sejarah, pasukan Usamah berhasil melakukan serangan kilat ke daerah Yibna di Baitul Maqdis.
Ada teladan penting dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam ketika menemani diskusi para sahabat seputar kunjungan ke Masjidil Aqsha, tidak ada kalimat larangan yang tegas dari beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam ketika ada sahabat atau sahabiyat yang ingin mengunjungi Masjidil Aqsha, yang ketika itu berada di bawah penjajahan Romawi. Beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam hanya memberikan alternatif jika niatnya ibadah salat, maka di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sudah cukup, dan beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam membebaskan para sahabat dalam memutuskan berangkat atau tidaknya. Hadis ‘Auf bin Malik dan wasiat pasukan Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhum adalah teladan dari beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam bahwa ada yang lebih utama dari kunjungan, yaitu perjuangan membebaskannya dari penjajah.
Di Baitul Maqdis hari-hari ini para pejuang sedang memperjuangkan kemuliaan Masjidil Aqsha di berbagai poros perjuangannya masing-masing; di Masjidil Aqsha ada para Murabithun dan Murabithat yang mengawal Masjidil Aqsha dari serbuan pemukim ilegal Yahudi yang angkanya mencapai 53.605 orang pada tahun 2024[1]. Di kawasan Tepi Barat terjajah, ada keluarga-keluarga Baitul Maqdis yang berjuang mempertahankan rumah mereka dari penghancuran paksa penjajah Zionis yang angkanya pada tahun 2024 mencapai 1.732 bangunan[2]. Ada pula yang berjuang dari bilik penjara-penjara Zionis yang jumlahnya pada tahun 2024 mencapai 10.154 tawanan[3]. Begitu pula, para pejuang di Gaza dari rakyat hingga mujahidnya yang masih terus bertahan melawan.
Medan perjuangan mana pun yang dipilih, in syaa Allah akan berujung pada pembebasan Baitul Maqdis, sama seperti perjuangan pembebasan Baitul Maqdis pertama. Sama ilmunya, sama diskusinya, sama perasaannya, sama perjuangannya, in syaa Allah, sama-sama merdeka ujungnya.
Data diambil dari sumber berikut:
[1] A. R. D. A. R. Arnaout, “رقم قياسي: 53 ألفاً و605 مستوطنين اقتحموا الأقصى في 2024,” Anadolu Agency. Accessed: May 09, 2025. [Online]. Available: https://www.aa.com.tr/ar/إسرائيل/3439491
[2] ARIJ, “هدم المنازل والمنشآت الفلسطينية في القدس خلال شهر كانون الثاني 2025,” POICA. Accessed: May 09, 2025. [Online]. Available: https://poica.org/2025/02/هدم-المنازل-والمنشآت-الفلسطينية
[3] “مركز حقوقي: 10 آلاف و154 أسيرا فلسطينيا بسجون الاحتلال الإسرائيلي,” Al-Quds Al-Arabi. Accessed: May 09, 2025. [Online]. Available: https://www.alquds.co.uk/مركز-حقوقي-10-آلاف-و154-أسيرا
Commentaires